Minggu, 15 April 2018

Berbeda


Bagiku, Bandung memang menyimpan sejuta cerita, yang juga masih menyisakan rinai hujan di palung hati. Tentang kenangan masa lalu bersamanya.

Lantas, apabila akhirnya, takdir membawa aku dan dia pada kebersamaan untuk kali kedua, akankah cinta sanggup menghidupkan langkah kami lagi? Seperti apa yang pernah terlukis di masa-masa manis itu.

Namun ironisnya, ketika dia mengucapkan “aku masih mencintaimu”, aku merasa semuanya sudah berhenti. Tidak ada reaksi apapun yang dapat ku ekspresikan sebab kesempatan kami tak lagi sama. Semesta pun paham itu.

Di Dalam Senja yang Hadir

Senja kembali hadir
Mengantarkan memori manis
Yang padahal selama ini ingin dilupa

Ingatan ini merekam semuanya dengan baik
tentang masa-masa indah
jauh sebelum hari ini

Munafik, memang
Ketika berujar menantang lupa
Padahal sungguh tidak kuasa

Senyum itu, tawa itu
tidak bisa dipungkiri pernah terlukis
Namun tetap, sakit hati ini ada!

Apakah mampu
diri ini memaafkan,
melalui senja?

Selamat Berjumpa Lagi


Tidak perlu ada selamat tinggal, bukan?
Bertemu lagi sudah menjadi agenda kita di waktu selanjutnya

Tidak usah ucapkan terimakasih untuk segala cerita
Karena kisahku, maupun kamu, di depan akan lebih indah
Bersama masa depan yang sudah menjadi nyata
Disisipi takdir bahagia yang sudah memihak

Berjanjilah untuk saling menemukan
Tapi bukan untuk melepas rindu
Sebab rindu itu selalu terobati
Melalui setiap doa malamku, juga kamu di sana
Untaian-doa itu, membuat kita selalu berpelukan setiap waktu
Bergandengan tangan dengan eratnya

Karena aku yang nanti, ada karena bersamamu
Begitu juga kamu, sahabat

Tempatku sudah jauh, kamupun akan segera
Tidak lagi berada pada tempat pertama kita saling menyapa
Berkenalan, dan berjabat tangan

Tapi tidak usah pamit ketika akan melangkah
Karena aku maupun kamu, bukan pergi

Cukup rasakan
Bahwa aku ada di dalam memori singkat itu
Kamu pun sama, selalu melekat dalam benakku

Kita tidak berpisah
Sebab setiap kamu menemukan bahagia
Ada terselip doaku di sana
Maka disitulah aku selalu

Pun di saat kamu merasa sepi dan sendiri
Seperti kosong, padahal pikulan beban nampak (terlalu) banyak
Aku juga di sana, tetap di dalam doa
Agar Tuhan senantiasa menghapuskan ketidaknyamanan itu

Teramat Lelah


Tiada kata, aku mati suara
Pernahkan merasakan ini?

Lidah ini kelu
Dibungkam kelam malam
Tapi tetap ingin berteriak
“Lepaskan, aku ingin bebas”
Sadarkah?

Semalam aku bersikukuh
Asa ini takkan patah
Aku memang berjanji
Tapi semangatku yang patah

Tak ada keinginan bergerak
Semuanya hilang
Hampa dan kosong

Entah bagaimana
Cara mengembalikannya
Seperti sedia kala
Aku teramat lelah, mengertilah
Berhenti menuntut

Sebab aku bukan bonekamu