Sabtu, 17 Mei 2014

13-01-2014



Sore ini begitu kelabu, menyisakan aroma khas yang mulai tercium setelah hujan reda.

Tahukah kamu, bahwa hujan datang kemari tanpa pernah diundang?

“Mungkin, kedatangannya hanya untuk mengucapkan salam perkenalan, kemudian kembali menjauh hingga waktu yang tak bisa ditentukan.” Seperti kamu.

Sore tadi, hujan sempat turun, kemudian berlalu, dan entah kapan akan datang lagi. Begitupun halnya dengan kamu.
Dulu, kamu sempat datang, kemudian pergi, dan entah kapan akan datang lagi.

Namun, jika Tuhan memberikan keberanian lebih terhadap saya seandainya kita ditakdirkan untuk kembali berjumpa di suatu hari nanti, izinkanlah saya melontarkan sepatah dua patah kata dari kelunya mulut yang telah lama dirundung sejuta tanya atas kamu.
“Hei, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Selama ini, kamu jauh sekali rasanya. Semoga kamu masih mengingat saya.”

Senin, 05 Mei 2014

Harap


Dulu, aku pernah menaruh segenggam harap padamu di atas hatiku yang kian lepuh. Kujalani hari-hari sebagai sosok gadis yang menjadi pengangum atas kamu;  atas guratan senyum, rinai tawa, serta isak tangis dan derai air mata dalam hidupmu. Semuanya aku kagumi.
Tiap harinya, selalu kusempatkan bersimpuh di hadapan-Nya, untuk selalu mendo’akan kamu, mendo’akan kita agar selamanya bisa berpijak di tempat yang sama, tanpa pernah ada kata perpisahan. Namun, takdir berkata lain.
Saat Tuhan memisahkan kita, jauh, jauh, begitu jauh adanya, aku hanya bisa pasrah, berharap suatu saat kita dapat bejumpa kembali. Berjumpa untuk merajut komunikasi yang sempat putus, menyulam hati yang pernah luka, serta menyambung mimpi yang nyaris gugur.
 Tapi, adakah keinginan dari lubuk hatimu untuk menyemai cinta yang dulu belum sempat tumbuh? Ataukah hanya aku yang terlalu berharap, sedangkan di sudut lain kamu sedang tersenyum sambil melukiskan wajah seorang gadis yang (ternyata) bukan aku?