Dulu,
aku pernah menaruh segenggam harap padamu di atas hatiku yang kian lepuh. Kujalani
hari-hari sebagai sosok gadis yang menjadi pengangum atas kamu; atas guratan senyum, rinai tawa, serta isak
tangis dan derai air mata dalam hidupmu. Semuanya aku kagumi.
Tiap
harinya, selalu kusempatkan bersimpuh di hadapan-Nya, untuk selalu mendo’akan
kamu, mendo’akan kita agar selamanya bisa berpijak di tempat yang sama, tanpa
pernah ada kata perpisahan. Namun, takdir berkata lain.
Saat
Tuhan memisahkan kita, jauh, jauh, begitu jauh adanya, aku hanya bisa pasrah,
berharap suatu saat kita dapat bejumpa kembali. Berjumpa untuk merajut
komunikasi yang sempat putus, menyulam hati yang pernah luka, serta menyambung
mimpi yang nyaris gugur.
Tapi, adakah
keinginan dari lubuk hatimu untuk menyemai cinta yang dulu belum sempat tumbuh?
Ataukah hanya aku yang terlalu berharap, sedangkan di sudut lain kamu sedang
tersenyum sambil melukiskan wajah seorang gadis yang (ternyata) bukan aku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar