Petrikor hadir kembali sebagai perumpamaan tiap rasa
Ada manis; bak pencuri angan yang diam-diam bercerita
Tentang cintanya yang belum berbalas
Namun masih melukiskan harap
Ada pahit; bak pujangga yang hidupnya diselimuti cemas
Tentang harapnya yang kini membelenggu hati sendiri
Berbalas namun tak terungkap
Hujan seolah menjadi saksi tunggal
Mengenai apa yang selalu terjadi pada tempatnya menumpu
Yaitu permukaan bumi yang tak pernah sepi air mata
Ada manis, ada pahit
Ada pula tercipta kombinasi atas keduanya
Tuhan tersenyum melihat makhluknya bersatu saling memiliki
Menenangkan perasaan masing-masing bersama gemuruh petir
Di balik hujan, di bawah hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar