Minggu, 04 Januari 2015

Bukan Dia

Jauh sebelum peristiwa itu, bagiku senja selalu sempurna. Tak ada bagian yang perlu diubah, juga tak ada sela yang harus diisi. Namun saat ia berkata, “aku menyukaimu”, aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-kata yang ia lontarkan itu ambigu? Atau aku saja yang menganggapnya terlalu saru? Aku seakan terhipnotis. Mataku terbelalak kaget. Bukankah kata semua orang, rasanya disukai itu manis? Aku terkejut. Tak mampu bergerak. Statis. Karena dalam hati, ada sesuatu yang berontak, sesuatu yang terus membantin, “bukan dia bukan dia”. Aku tidak bisa menjelaskan kata yang tepat untuk mendeskripsikan rasa yang berkecamuk di hati kala itu, bahwa......... Bukan dia yang aku inginkan.

(dikutip dari Novel Remember When karya Winna Efendi, dengan beberapa perubahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar