Jumat, 01 Agustus 2014

Ada Pertemuan Maka Ada Perpisahan

Tahun 2010 adalah tahun di mana aku dan Icha dinyatakan naik ke kelas enam, juga tahun di mana kami mengalami puncak masa-masa pra-remaja. Kami berdua benar-benar menikmati tahun terakhir kami menjadi siswa berseragam putih-merah. Namun, masing-masing dari kami menjadi lebih pendiam, lebih mengurangi candaan disaat guru sedang memberi materi di depan kelas, lebih mengurangi jam bermain, bahkan jarang berkomunikasi via handphone ketika sudah tiba di rumah. Semua itu kami lakukan bukan atas dasar bermusuhan, kami hanya ingin lebih berkonsentrasi pada hari-hari menjelang Ujian Nasional yang akan mengantarkan kami menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Namun selepas itu, kami masih bersahabat baik seperti biasanya, seperti hari-hari kemarin.
Satu tahun itu akhirnya berlalu dengan membawa nilai hasil belajar kami selama duduk di bangku sekolah dasar. Nilai tersebutlah yang nantinya kami bawa untuk mendaftar ke SMP yang kami tuju. Sebelum berpisah, sekolah kami mengadakan syukuran kelulusan selama satu hari penuh. Secara tidak langsung kami menyadari, sebetulnya itulah hari terakhir kebersamaan kami di SD, hari terakhir kami bisa bergandengan tangan dengan sangat lama tanpa mau melepaskan, hari terakhir bertukar cerita dengan bertatap muka langsung, karena mungkin setelahnya kami hanya dapat berkomunikasi via handphone saja.
Sedih rasanya hati jika harus berhadapan dengan perpisahan. Namun apa daya? Sudah hukum alam, ada pertemuan maka ada perpisahan. Di gerbang sekolah, langkah kami berhenti, masing-masing dari kami harus pulang karena acara telah selesai. Kami sempat berjanji beberapa kata untuk meyakinkan bahwa persahabatan ini takkan pernah pupus. Hingga akhirnya kami saling berpamitan, dan yang paling pahit... Mengucapkan selamat tinggal, lalu melambaikan tangan.

.....Dan kamipun akhirnya berpisah untuk waktu yang sangat sangat sangat lama.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar