Jumat, 01 Agustus 2014

Sahabat Baru Di Lingkungan Baru



Aku duduk termangu-mangu di tepi jendela kamar, sambil memperhatikan keadaan luar rumah yang sepi sunyi tanpa ada satupun orang yang berlalu-lalang.
Pada saat itulah, aku teringat akan hadirmu.

Waktu berlalu dengan begitu cepat, menyisakan kenangan manis yang tidak akan pernah melapuk termakan zaman. Kenangan manis itu salah satunya berisi tentang kamu, bahkan tentangku juga, tentang kita, tentang persahabatan kita jauh sebelum hari ini, sebelum waktu menakdirkan kita untuk berpisah.

Enam tahun lalu, aku pernah menjadi seseorang yang asing saat menjadi siswa baru di bangku kelas empat sekolah dasar, lebih tepatnya di SDPN Setiabudi tercinta. Aku memasuki bangunan penuh makna itu dengan langkah gemetar juga dengan jantung yang kian berdegup kencang. Benar-benar penuh ketegangan untuk memasuki dunia baru. Masih belum mempunyai teman, belum mengenal siapa saja guru yang mengajar, masih sendiri, masih tanpa kamu.

Tiga bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk menjalani semuanya sendirian.

Selama tiga bulan, aku masih terkatung-katung mencari teman, berjalan dari bangku yang satu menuju bangku yang lainnya baik untuk sekedar berkenalan, bertukar cerita liburan, bahkan membagi kisah tentang sekolah lama yang baru kutinggalkan. Masih sepi tanpa hadirnya seorang sahabat. Sampai akhirnya aku berkenalan dengan seorang gadis cilik nan jelita yang menyambutku masuk ke dalam kelompoknya dengan senyuman awal perkenalan. Namanya Maitsa Poetika Salifa, namun dia meminta agar aku memanggilnya ‘Icha’ saja. Nyaris mirip dengan nama panggilanku, bahkan tiga kata pada huruf belakangnya pun sama. Hanya saja dibedakan oleh huruf vokal di awal kata.

Dia Icha dan aku Ucha.

Siang itu, di ruang belajar kelas IV-A, guru menugaskan kepada kami semua untuk membentuk kelompok belajar. Namun sekarang, aku sudah lupa mata pelajaran apa yang ditugaskan saat itu. Yang jelas, disitulah perkenalan pertama kami, yang semakin hari semakin dekat seiring berjalannya kerja kelompok.

Disitulah kami mulai mengobrol lebih banyak dari biasanya, bertukar cerita lebih banyak dari biasanya, dan bersendagurau yang juga lebih banyak dari biasanya. Kami dekat, merasa cocok, memulai hari esok dengan duduk bersama, hingga akhirnya bersahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar