Aku duduk termangu-mangu di tepi jendela kamar, sambil memperhatikan
keadaan luar rumah yang sepi sunyi tanpa ada satupun orang yang berlalu-lalang.
Pada saat itulah, aku teringat akan hadirmu.
Waktu berlalu dengan begitu cepat, menyisakan kenangan manis yang tidak
akan pernah melapuk termakan zaman. Kenangan manis itu salah satunya berisi
tentang kamu, bahkan tentangku juga, tentang kita, tentang persahabatan kita
jauh sebelum hari ini, sebelum waktu menakdirkan kita untuk berpisah.
Enam tahun lalu, aku pernah menjadi seseorang yang asing saat menjadi
siswa baru di bangku kelas empat sekolah dasar, lebih tepatnya di SDPN
Setiabudi tercinta. Aku memasuki bangunan penuh makna itu dengan langkah
gemetar juga dengan jantung yang kian berdegup kencang. Benar-benar penuh
ketegangan untuk memasuki dunia baru. Masih belum mempunyai teman, belum
mengenal siapa saja guru yang mengajar, masih sendiri, masih tanpa kamu.
Tiga bulan bukanlah waktu yang
sebentar untuk menjalani semuanya sendirian.
Selama tiga bulan, aku masih terkatung-katung mencari teman, berjalan
dari bangku yang satu menuju bangku yang lainnya baik untuk sekedar berkenalan,
bertukar cerita liburan, bahkan membagi kisah tentang sekolah lama yang baru
kutinggalkan. Masih sepi tanpa hadirnya seorang sahabat. Sampai akhirnya aku
berkenalan dengan seorang gadis cilik nan jelita yang menyambutku masuk ke
dalam kelompoknya dengan senyuman awal perkenalan. Namanya Maitsa Poetika
Salifa, namun dia meminta agar aku memanggilnya ‘Icha’ saja. Nyaris mirip
dengan nama panggilanku, bahkan tiga kata pada huruf belakangnya pun sama.
Hanya saja dibedakan oleh huruf vokal di awal kata.
Dia Icha dan aku Ucha.
Siang itu, di ruang belajar kelas IV-A, guru menugaskan kepada kami
semua untuk membentuk kelompok belajar. Namun sekarang, aku sudah lupa mata
pelajaran apa yang ditugaskan saat itu. Yang jelas, disitulah perkenalan
pertama kami, yang semakin hari semakin dekat seiring berjalannya kerja
kelompok.
Disitulah kami mulai mengobrol lebih banyak dari biasanya, bertukar
cerita lebih banyak dari biasanya, dan bersendagurau yang juga lebih banyak
dari biasanya. Kami dekat, merasa cocok, memulai hari esok dengan duduk
bersama, hingga akhirnya bersahabat.